Rabu, 12 Januari 2011

Sejarah Kota Jakarta (Betawi)

Dibawah hujan peluru meriam yang ditembakan dari kapal Kompeni Dagang Belanda (V.o,c ), tanpa dapat memberikan perlawanan yang cukup berarti, Pangeran Wijayakrama , penguasa Jakarta terpaksa menyingkir bersama seluruh rakyatnya.

Pada tanggal 30 Mei 1619 dengan pongah J'P' Coen yang memimpin penyerangan itu, menyatakan seluruh kota sudah Sepenuhnya dikuasai. Semua bangunan hancur diratakan dengan tanah, kecuali beberapa rumah yang dihuni orang-orang cina. Masih pada tahun itu pula Kompeni membangun sebuah Kastil ( Puri, Castle ), berbentuk segi empat Setiap sudutnya diperkuat dengan Baluarti ( Bastion ), yang masing- masing dilengkapi dengan beberapa buah meriam, Luasnya kurang lebih 2500 tumbakpersegi, atau kurang lebih 3,5 hektar. sisisebelah utaraterletak Empat di tepi pantai. Sebelah Barat di tepi timur muara Ciliwung, Di sisi-sisi luar sebelah selatan dan timur digali parit cukup lebar dan dalam untuk memperkuat ketahanan Kastil bila ada serangan dari Mataram yang sangat dikhawatirkan.

Pada tahun-tahun pertama Kastil itu masih tetap menyandang nama Jayakarta. Baru pada tahun 1612 resmi dinamai Batavia. Dalam pelaksanaan pembangunannya Kompeni mengerahkan tenaga kerja Cina. Mula-mula hanya yang bermukim di Jakarta, kemudian didatangkan langsung dari negerinya. Bahkan orang-orang cina yang sudah lama bermukim di Banten, seperti Yan Kon (dalam tulisan Cina ucapan dialek Kanton : SUM KON )' berangsur-angsur pindah ke Jakarta yang dipandang lebih menguntungkan oleh mereka

Dengan perencanaan yang cukup matang selanjutnya dibangun kota berbenteng, memanjang kesebelah selatan, kurang lebih dari Pasar lkan sampai Pinangsia sekarang. Kawasan diluar benteng oleh orang Belanda disebut Ommelanden. Pada tahun 1628 dan 1629 pembangunannya terhenti, karena bertubi- tubidiserang pasukan Mataram. Kedua serangan itu gagal, karena Mataram tidak memiliki angkatan laut yang cukup tangguh disamping kelemahan dalam logistik.

Mungkin menyadari kelemahan-kelemahan tersebut, sultan Agung melakukan upaya-upaya konsolidasi, antara lain menata kembali pemerintahan diwilayah kekuasaannya di Jawa Barat. Bupati sumedang yang semula berkedudukan sebagai Bupati Wedana ( semacam Gubernur ol witayan Jawa Barat ) dikurangi kekuasaannya. Galuh dipecah menjadi empat Kabupaten, yaitu Bojonglopang ( Kertabumi ), lmbanagara' Utama danKawasen'KabupatenUkurdihapuskanpadatahunl632'Bekas wilayahnya dijadikan dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung dan Kabupaten Parakan Muncang' Tahun 1640 di bangun koloni Mataram didaerah Karawang. Tampak sultan Agung merencanakan untuk menyerang Batavia untuk ketiga kalinya, akan tetapi ia wafat pada tahun 1645. Penggantinya adalah Sultan Amangkurat I.

Amangkurat memerintahkan pemindahan sebagian penduduk Banyumas ke daerah Karawang, dipimpin oleh Adipati surengrana dari wirasaba. Kemudian ditambah dengan pemindahan penduduk Kertabumi dibawah pimpinan Adipati Singaperbangsa'

Mataram menganggap wilayah Karawang itu demikian pentingnya, sehingga secara taktis langsung ditempatkan dibawah perintahnya, dengan sebutan siti Nagara Agung dengan batas sebelah timur Kali cilamaya dan sebelah Barat Kali cipamingkis, sebagaimana tercantum pada piagam yang ditulis pada lembaran tembaga, yang ditemukan di kandang sapi, Purwakarta' Negara Agung adalah istilah daerah pemerintahan atau teritorial Mataram, yakni daerarr sekitar kediaman Raja ( ommelancjen ). sebutan lain bagi daerah Karawang oleh Mataram adalah Siti Gung Bingas Kilen.

Mengetahui tindakan Mataram disekitar Karawang, dengan memindahkan sejumlah besar ( menurut ukuran waktu itu ) penduduk dari Banyumas dan Kertabumi ( Galuh ), Banten pun tidak tinggal diam, karena menganggap Karawang termasuk wilayah kekuasaannya. oleh karena itu maka koloni Banten disebelah hilir citarum yang dilakukan pada tahun 1622 dan 1633, dan di cikalong pada tahun 1636, berangsur-angsur dikembangkan. citeureup dan cileungsi serta ciluar pun dijadikan koloni Banten.

Lalu lintas antara Banten dengan daerah koloninya tersebut lebih banyak dilakukan malalui Muaraberes, yang terletak antara Kaungpandak dan Bojong Gede. Jalan tersebut oleh orang-orang Belanda disebut'De oude Bantamsche weg', yang berarti jalan Banten lama' jalan ini mulai dari Pagutan, ditepi Cisadane, metatui Muara Beres' Di Muara Beres jalan Ciluar jalan bercabang tiga, ke selatan terus ke Pakuan' ke Karawang melalui cileungsi dan ke Cianjur melalui Citeureup.

Pada paro kedua abad ketujun belas ditempat-tempat tersebut.dua keluar, Mataram Ouniunttn' saling menyilang jalan . Pada tahun 1661 dan 1675 Mataram berusaha menguasai Muaraberes. Kompeni sebagai kekuatan ketiga selama itu belum cukup banyak menaruh perhatian terhadap daerah-daerah yang dianggap cukup jauh dari kota Batavia. Kegiatan lebih banyak dikonsentrasikan pada upaya memperkuat pertahanan, antara lain dengan membangun kubu-kubu di tempat-tempat yang dianggap strategis'seperti diAncol'Angke dan Marunda. Kubu Rijswijk dibangun dekat kali Krukut ditengah persawahan ;'Vijfhoek dipersimpangan jalan Angke dan ke Grogol; Bantenburg disebelah selatan kota ; Noordwijk dibangun untuk melindungi peternakan sapi ditempat yang sekarang menjadi lapangan banteng; Zevenhoek disebelah timur Angke' sebuah kapar rayar berbentuk langsing-panjang yang sudah tidak laik laut dijadikan kapal kubu di Muara Angke. kapal demikian itu oleh orang-orang Belanda Gebut Fluit ( Fluitschip) yang dengan.lidah bangsa kita menjadi Pluit' Kawasan sekitar tempat tersebut sampai sekarang dikenaldengan nama Pluit Kubu di Marunda kemudian dipindahkan ke tepi barat kali Bekasi.

Kecuali gangguan keamanan yang dilakukan secara sporadis oleh gerilyawan Banten dan pasukan budak-budak yang melarikan diri' selama itu tidak pernah ada serangan yang berarti terhadap kota berbenteng Batavia, baik dari fihak Banten maupun Mataram' Dengan demikian maka kekuatan angkatan perang Kompeni dan lebih.dikonsentrasikan untuk merebut kota Maraka dari orang-orang portugis, yang sudah lebih dari. seabad menguasai Selat Malaka urat nadi pelayaran niaga yang menghubungkan Asia Timur dengan dunia Barat.

Tahun 1641 Kompeni Belanda berhasil menguasai kota Malaka kota. Orang' orang portugis tertawan diangkut ke Batavia. Demikian pula abdi- abdinya yang beraJal dari berbagai macam bangsa' seperti orang-orang dari Andaman, Goa, Malabar dan Afrika yang telah banyak menyerap pengaruh kebudayaan Portugis dan beragama Katolik. Mereka kemudian di merdekakan dan tidak sedikit yang diangkat menjadi tentara Kompeni, dengan syarat harus menganut Protestan. Dengan dikuasainya Malaka oleh Kompeni Belanda, maka berangsur-angsur orang Melayu berdatangan ke Batavia, dibawah pimpinan masing-masing pemimpin. Beberapa pemimpin orang Melayu itu kemudian memperoleh kedudukan tinggidalam angkatan perang Kompeni, serta mempunyaipengaruh yang cukup besar, seperti halnya Wan Abdul Bagus yang diberi hak penguasaan kawasan yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Melayu, sebelah selatan Jatinegara yang zaman kolonial bernama Meester Cornelis. Kompeni baru menaruh perhatian terhadap daerah-daerah pedalaman yang jauh dari Ommelanden, setelah berhasil menundukan Makasar melalui tiga kali peperangan, yakni tahun 1653-1655, 1660-1661 dan 1666-1667 yang berakhir dengan ditanda tanganinya perjanjian Bongaya. Angkatan perang kompeni semakin kuat dengan bergabungnya sejumlah orang-orang Makasar, Bugis dan lainlain, setelah ditanda tanganinya perjanjian Bongaya itu. Mereka yang tidak mau menerima perjanjian tersebut masih terus melakukan perlawanan, diantaranya tidak sedikit yang menggabungkan diri kepada Banten. Ada pula yang memperkuat pasukan Pangeran Trunojoyo dari Madura yang mengangkat senjata terhadap Mataram sejak tahun 1674.

Menjelang berakhirnya abad ketujuh belas praktis Mataram dan Banten sudah berada dibawah pengaruh Kompeni Belanda. Seluruh wilayah Mataram diJawa Barat resmi diserahkan kepada kompeni sebagai imbalan atas bantuan memadamkan pemberontakan pangeran Trunojoyo. Banten mengakui kedaulatan kompeni atas wilayah Jakarta dan sekitamya dengan batas sebelah barat sampai Kali Cisadane, sebagai imbalan atas bantuannya yang diberikan kepada Sultan Haji dalam perang perebutan takhta dengan ayahnya sendiri, Sultan Tirtayasa. Kedudukan kompenisemakin diatas angin setelah berhasil menghancurkan perlawanan U ntung Surapati di Pasuruan, Jawa Timur. Untung Surapati adalah bekas budak yang melarikan diri, kemudian menjadi Letnan dalam angkatan bersenjata Kompeni, selanjutnya memberontak dan memperoleh dukungan dari berbagaifihak, termasuk dari penguasa Mataram.

Dengan demikian maka semakin leluasalah Kompeni membagi-bagikan tanah di Batavia dan sekitamya, terutama kepada mereka yang dianggap berjasa dalam beberapa peperangan, termasuk kepala_kepala pasukan pribumi seperti Kapten Lampija, kepala pasukan orang-orang Bali yang memperoleh sejumlah tanah dikawasan Grogol, yang terletak di sekitar benteng Zaenhoek dan kubu Buitenwecht. Untuk menutup biaya peperangan, penjualan tanahpun semakin banyak dirakukan, baik kepada orang-orang Cina maupun kepada bangsa lain, terutama orang-orang Eropa. sejak tahun 1686 ditetapkan bahwa,tidak dimempebolehkan ragi memberikan secara gratis, melainkan harus dibeli melalui pererangan terbuka. pada tahun 1705 penjualan secara besar-besaran mulai berlangsung, antara lain kawasan Depok dan Srengseng kepada Chastelein, seorang anggota Dewan Hindia Kompeni. Oleh Chastelein tanah-tanah tersebut diwariskan kepada budak-budaknya yang dimerdekakan, dengan syarat harus menganut Kristen. Buat menggarap tanah pertanian yang demikian luasnya disekitar para pemiliknya, terutama orang-orang Eropa, mendatangkan tenaga kerja dari berbagai daerah, yang berstatus sebagai budak.

Disekitar Jakarta terjadi pula pembabatan hutan-hutan yang akibatnya segera tampak. Bukan saja akibat erupsigunung sarak yani mitetus paoa tahun 1699. ciliwung muaranya dipenuhi rumpur. Bertahun_tahun seterah letusan gunung tersebut, ariran kari ciriwung makin rama makin keruh, airnya semakin berkurang. Endapan lumpur menumpur sepanjang saluran diseluruh kota, dan membentuk beting-beting didepan muara. Paya - paya, genangan air mandek menjadi tempat nyamuk-nyamut berkembang biak denagan cepat. Berbagai penyakit timbul, menyerang penduduk kota. Ma laria endemi. Tifus dan disentri terus menerus berkecamuk. Angka kematian semakin meningkat.

Dalam suasana demikian itu orang-orang Beranda yang kaya berangsur- angsur pindah ke seratan kota, seperti Weltevreden yaitu daerah lapangan banteng sekarang. Gubernur Jendral van overstraten yang mewarisi kantor pemerintahan ke kawasan itu, pada tahun 1g00. Lokasi ibukota pun menjadi berpindah. Tindakan itu dituntaskan oreh Daenders, pada tahun 1g09. Ia pun nenjatuhkan vonisnya bagi Batavia, yang semula diberi gelar "Ratu Timur. kemudian dicaci dengan sebutan " Kuburan di timur". Kastil, tembok dan benteng dihancurkan. parit-parit pun ditimbun. pada awal abad ke sembilan belas kota Batavia ( rama) bukan ragi metropolis terkenal seperti masa lampau. sebagian terbesar dari bangunan-bangunan yang penting penting telah dirubuhkan, yang tinggalhanya gudang_gudangng dan bangunan angkatan bersejata. Diantara yang dipertahankan terus adarah ceouniaabi Kota yang kini menjadi Museum sejarah Jakarta. Kota tingga seperti diporak porandakan. Prinsenstraat tak rebih darisebuah jatan yang lenggang, dengan beberapa buah rumah di kiri kananya. Bahan-bahan bangunan bekas yang masih bisa dimanfaatkan, berangsur-berangsur diangkut, dijadikan bahan utama pembangunan gedung-gedung baru di Weltevreden, antara lain bekas bangunan rumah sakit cina dan penjara wanita, dijadikan untuk membangun showonnburg ( sekarang Gedung Kesenian Jakarta ), yang sampai hari ini masih berdiri. Akibat banyak penyalah gunaan wewenang dan korupsi hampir disemua bidang kegiatan yang dilakukan oleh para pejabat v.o.c., pada akhir abad ke delapan beras Kompeni dagang tersebut dinyatakan bangkrut. kekayaannya diambil alih oleh pemerintah Beranda. wilayah nusantara yang di lndonesia, termasuk diwilayah Batavia dan sekitarnya. Antara lain dengan menempatkan seluruh pesisirutara Banten dibawah Jurisdiksi Batavia. sebagai pengganti Daendels sebagai Gubernur Jenderal diangkat Jan Willem Jansens pada tahun '1811. Namun pada tahun itu pula tanah jajahan Belanda di Nusantara direbut oleh lnggris. Sebagai kepala pemerintahannya adalah T.S. Raffles, yang banyak pula melalukan reorganisasi."Baik Daendels maupun Raffles banyak melakukan penjualan tanah kepada pihak Swasta.

Masa pemerintahan lngris di lndonesia tidak berlangsung lama, dalam tahun 1816 kemabali menjadi daerah kekuasaan Belanda. Sejak itu dimulailah masa pemerintahan Hindia Belanda. Untuk membagi kekuasaan di Nusantara antara lnggris dengan Belanda, pada tahun 1824 ditetapkan dalam perjanjian yang dikenal dengan sebutan Konvensi London.

Berdasarkan konvensi tersebut secara berangsur-angsur Berlanda berhasir menguasai seluruh Sumatera, dimulai dari pesisir sebelah timur, terutama daerah Riau kepulauan. Sejak waktu itulah secara berangsur-angsur penduduk Batavia berambah dengan orang-orang dari Sumatera Timur. Sebagian dari mereka bergerak dalam bidang perdagangan sebagai pengusaha swasta. Merekalah yang mengembangkan kebudayaan bercorak Melayu di Batavia termasuk seni musik, tari dan teaternya.

KEPENDUDUKAN : Aglomerat Ras dan Etnis

Sampai akhir abad ke tujuh belas di kota berbenteng Batavia itu orang lndonesia tergolong minoritas, Pada awalnya orang-orang Sunda dan Jawa dilarang menjadi penghuni. Baru setelah kesultanan Banten menyatakan pengakuan Supremasi Kompeni, sebagaimana ditekankan pada perjanjian 1684, berangsur-angsur orang Sunda dapat bertempat tinggal di daerah Ommelanden, sekitar kota. Sejak dibangunnya kota berbenteng itu orang- orang lndonesia yang didatangkan daribeberapa daerah lain, diperbolehkan bertempat tinggal di tempat-tempat yang ditunjuk oleh penguasa. Seperti halnya orang-orang Banda yang selamat dari pembantaian massal oleh pasukan Kompeni dikepulauan Banda pada tahun '1621, ditempatkan di kawasan yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan kampung bandan Pada awalnya orang-orang Banda yang dibawa ke Batavia itu diperlakukan sebagai budak, yang dapat diperjual belikan.

Sepeninggal rakyat Pangeran Wijayakrama tanah-tanah sekitar benteng kosong, tidak berpenghuni. Kebun-kebun dan ladang-ladang dibiarkan terlantar Orang-orang yang berasal dari kepulauan Maluku, demikian pula orang-orang Jepang yang menjadi serdadu bayaran Kompeni, biasa mengambil bauah-buahan untuk dijual didalam benteng, dengan kewajiban untuk menyerahkan sepersepuluh dari hasilnya kepada penguasa.

Untuk keperluan penyediaan sayur mayur dan buah-buahan tanah yang bearada "dibawah asap benteng" mulai digarap oleh orang-orang Mardijker, yaitu orang orang bekas budak yang dimerdekakan. Mereka berasal antara lain dari Afrika dan Sri Langka, yang telah berjasa dalam ikut mempertahankan kota Batavia dari serangan Mataram pada tahun 1628 dan 1629. Merekalah yang dapat dianggap sebagai penghuni daerah Ommelanden, yang resmi dari kompeni, dengan dikenai kewajiban untuk menyerahkan sepersepuluh dari tanaman yang diperolehnya, sebagai pengenaan hak-hak feodal, sebagai mana diatur dalam plakat tanggal 9 Desember 1602.

Kemudian, secara berangsur-an gsur penghuni Ommelanden bertambah dengan diberikannya hak penggarapan tanah kepada orang-orang Cina, Makasar, Ambon, Banda, Sumbawa, Melayu dan lainlain, termasuk orang- orang keturunan Portugis, Jepang dan Papanga.

Penyebaran penduduk yang semakin lama semakin jauh dari kota Berbenteng itu bukan hanya untuk kepentingan penanaman sayur-sayuran, padi pohon buah-buahan dan terutama tebu untuk dibuat gula. melainkan juga untuk kepentingan pertahanan dan keamanan dari pasukan-pasukan gerilya Banten dan Mataram yang terus menerus mengancam. Disamping itu penyebaran penduduk did aerah Ommelanden itudianggap suatu pemecahan yang sangat efektif dalam mengatasi kepadatan penduduk didalam kota berbenteng yang tentu saja sangat terbatas kapasitasnya. Untuk dijadikan benteng hidup, maka dibeberapa tempat yang strategis ditempatkan pasukan- Pasukan yang sudah dikenal kemampuan tempumya, seperti pasukan Kapten Jonker dari Maluku. Dengan Keputusan Gubemur Jenderal tanggal 23 April 1666 mereka diberi tempat di kawasan Marunda, dengan tugas antara lain menjadi penjaga perkebunan disana. (http://id.wisatapesisir.com/sunda-kelapa/571-sejarah-jakarta-betawi-1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar